Kriiiing……………..
Bunyi alarm membangunkan gadis berambut panjang dan hitam legam dari tidurnya. Ia memandang jam tersebut sesaat dan bangkit dari kasurnya dengan malas. “haaaah, kenapa aku harus bangun sekarang? Baru 3 jam tertidur, sudah harus berangkat sekolah lagi.. Huuft” keluh haruna aiko sambil menuju kamar mandi. Yap, dia adalah gadis keturunan jepang yang berwajah sangat ayu, meskipun tidak menampakkan wajah jepangnya karena ibunya merupakan orang indonesia. Ia merupakan gadis semata wayang dan selalu tinggal bersama bibi daila, adik dari ibunya. Dan gadis ini merupakan gadis paling beruntung karena memiliki segala fasilitas yang diberi oleh orangtuanya, namun ia tak mensyukuri hal itu dikarenakan ia tak pernah mendapat kasih sayang oleh orang tuanya.
Bunyi alarm membangunkan gadis berambut panjang dan hitam legam dari tidurnya. Ia memandang jam tersebut sesaat dan bangkit dari kasurnya dengan malas. “haaaah, kenapa aku harus bangun sekarang? Baru 3 jam tertidur, sudah harus berangkat sekolah lagi.. Huuft” keluh haruna aiko sambil menuju kamar mandi. Yap, dia adalah gadis keturunan jepang yang berwajah sangat ayu, meskipun tidak menampakkan wajah jepangnya karena ibunya merupakan orang indonesia. Ia merupakan gadis semata wayang dan selalu tinggal bersama bibi daila, adik dari ibunya. Dan gadis ini merupakan gadis paling beruntung karena memiliki segala fasilitas yang diberi oleh orangtuanya, namun ia tak mensyukuri hal itu dikarenakan ia tak pernah mendapat kasih sayang oleh orang tuanya.
“wah wah.. Ai-chan sudah bangun.. Sarapan sudah tersedia”
sahut bibi daila dengan senyumnya yang manis menyambut aiko yang telah
berpakaian rapi. Daila merupakan bibi yang luar biasa, umurnya masih sangat
muda, yaitu 19 tahun. Ia mengambil kuliah di kedokteran dan setahun lagi ia
akan menjadi dokter. “bibi, kau memang luar biasa. Sesibuk apapun tetap
membuatkanku sarapan, berbeda dengan papa dan mama… Mereka lebih mementingkan
pekerjaan ketimbang duduk sarapan bersama anaknya.” omel aiko sambil memasukkan
sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. “ya ampun.. Aku lupa memberitahu! Papa
dan mamamu tadi berangkat jam 4 pagi dan berpesan untuk menjemputmu..” “bibi
tak usah repot! Jangan dengarkan ucapan mereka yang tidak mepedulikanku!”
teriak aiko sambil menghempaskan sendok ke meja makan dan berlalu menuju
bagasi, mengambil sepedanya dan melaju menuju sekolahnya.
“aiko, wajahmu kusut begitu, ada apa?” “gyyaaa! Apa-apaan
kau! Jangan mengejutkanku seperti itu donk!” teriak aiko sambil mendorong ryah,
sahabatnya yang sangat sayang kepada aiko. “maaf maaf.. Aku kan cuma nanya,
wajahmu itu kusut karena apa? Karena belum mandi ya?” usil ryah dengan wajahnya
yang sangat membosankan aiko. “enak saja. Kalau aku belum mandi, pasti kau
sudah pingsan dengan mulut yang berbusa!” sahut aiko sembari meninggalkan ryah
menuju kursinya yang paling belakang.
“aiko, kalau kamu duduk ngangkang begitu, kelihatan tak sopan tahu!” ujar ryah yang langsung duduk di sebelah aiko. “aku tak peduli, kan kakiku tidak kuletakkan di atas meja! Lagian aku tak diajari sopan santun kok oleh orangtuaku!” sungut aiko dengan memalingkan wajahnya. “aiko, tak baik tau kalau cewek duduk ngangkang! Perbaiki posisi dudukmu!” balas ryah dengan wajah bosan, mungkin ryah sudah kelelahan melatih aiko menjadi cewek feminim karena sampai kapanpun, aiko tetap memegang prinsip ‘menjadi cewek tomboy atau tidak sama sekali’
“aiko, kalau kamu duduk ngangkang begitu, kelihatan tak sopan tahu!” ujar ryah yang langsung duduk di sebelah aiko. “aku tak peduli, kan kakiku tidak kuletakkan di atas meja! Lagian aku tak diajari sopan santun kok oleh orangtuaku!” sungut aiko dengan memalingkan wajahnya. “aiko, tak baik tau kalau cewek duduk ngangkang! Perbaiki posisi dudukmu!” balas ryah dengan wajah bosan, mungkin ryah sudah kelelahan melatih aiko menjadi cewek feminim karena sampai kapanpun, aiko tetap memegang prinsip ‘menjadi cewek tomboy atau tidak sama sekali’
Teeeeng
Bel tanda masuk berbunyi, semua murid langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing dan menunggu gurunya hadir. Sementara di kelas ix-a belum ada murid yang masuk, mungkin masih di perpustakaan mencari buku pengetahuan kecuali aiko dan ryah yang duduk diam di kelasnya, “haaaah.. Kenapa sih orang-orang belum ada yang masuk kelas? Jadi sepi nih… Ya kan aiko?” sahut ryah sambil membuka bukunya, “hei, itu buku horror? Atau buku petualangan?” sahut aiko yang langsung menyambar buku yang dipegang ryah, lalu dia mengembalikannya lagi dengan lesu. “buku cinta ternyata, apa menariknya sih cinta itu? Huuuft!” sungut aiko yang langsung bersandar di sandaran kursi. Sementara ryah hanya menatapnya sebentar dan mendekatkan wajahnya ke telinga aiko dan berbisik “cinta itu bisa membuat segalanya indah, aiko. Kalau tak percaya, coba saja sendiri… Misalnya dengan aku.. Mari kita coba dengan menjadi sahabat dulu. Bagaimana?” tawar ryah dengan senyum mengembang saat aiko melihatnya, sejenak aiko berpikir karena ia tak mau kecewa bila berdekatan dengan yang namanya cinta. ‘aku sudah pernah gagal dalam hal cinta, aku takut gagal lagi.. Gagal dalam hal cinta membosankan!’ ujar aiko dalam hatinya, namun ia tetap mengangguk karena ia ingin juga menjadi sahabat kepada orang yang ‘mulai disukainya’
Bel tanda masuk berbunyi, semua murid langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing dan menunggu gurunya hadir. Sementara di kelas ix-a belum ada murid yang masuk, mungkin masih di perpustakaan mencari buku pengetahuan kecuali aiko dan ryah yang duduk diam di kelasnya, “haaaah.. Kenapa sih orang-orang belum ada yang masuk kelas? Jadi sepi nih… Ya kan aiko?” sahut ryah sambil membuka bukunya, “hei, itu buku horror? Atau buku petualangan?” sahut aiko yang langsung menyambar buku yang dipegang ryah, lalu dia mengembalikannya lagi dengan lesu. “buku cinta ternyata, apa menariknya sih cinta itu? Huuuft!” sungut aiko yang langsung bersandar di sandaran kursi. Sementara ryah hanya menatapnya sebentar dan mendekatkan wajahnya ke telinga aiko dan berbisik “cinta itu bisa membuat segalanya indah, aiko. Kalau tak percaya, coba saja sendiri… Misalnya dengan aku.. Mari kita coba dengan menjadi sahabat dulu. Bagaimana?” tawar ryah dengan senyum mengembang saat aiko melihatnya, sejenak aiko berpikir karena ia tak mau kecewa bila berdekatan dengan yang namanya cinta. ‘aku sudah pernah gagal dalam hal cinta, aku takut gagal lagi.. Gagal dalam hal cinta membosankan!’ ujar aiko dalam hatinya, namun ia tetap mengangguk karena ia ingin juga menjadi sahabat kepada orang yang ‘mulai disukainya’
“aiko, ayo belajar bareng pas pulang yah..” ujar ryah sambil
terus mengerjakan soal matematikanya, “kita kan tidak ada pr, jadi nggak
mungkin ngerjain tugas kelompok..” “tugas matematika ini pasti jadi pr.. Masa
tugas sebanyak ini bisa cepat selesai?” “yaudah deh.. Berdua aja? Nggak asyik!
Ajak satu atau dua orang lagi..” sahut aiko yang juga serius mengerjakan soal
matematikanya sambil sesekali melihat wajah ryah.
“baiklah anak-anak, tugas ini dilanjutkan di rumah, dikerjakan per kelompok, paling banyak dua orang! Saya permisi dulu, jangan keluar sebelum gurunya datang. Mengerti?” sahut pak oti, ia merupakan guru matematika yang paling disayang oleh murid ix-a karena ia merupakan guru unik dan cerdas.
“baiklah anak-anak, tugas ini dilanjutkan di rumah, dikerjakan per kelompok, paling banyak dua orang! Saya permisi dulu, jangan keluar sebelum gurunya datang. Mengerti?” sahut pak oti, ia merupakan guru matematika yang paling disayang oleh murid ix-a karena ia merupakan guru unik dan cerdas.
“aiko, kita kerja kelompoknya di rumahku saja ya? Gak
apa-apa kan?” rajukan ryah dengan tatapan memohon membuat aiko merasa dadanya
sedikit deg-degan, padahal ia sudah sering melihat wajah anak tersebut. Namun
alasan ia deg-degan adalah, ryah memeluk tangan kanan aiko dengan kedua
tangannya. “ya sudah.. Kalau begitu sekarang aja, soalnya nanti sore aku ada
balap sepeda dan skatebord!” aiko pun menggenggam pergelangan tangan ryah dan menyeretnya
menuju rumah ryah yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 5 menit.
‘cewek ini semakin hari semakin tomboy, tak ada gunanya aku menyukainya.. Mana
mungkin cewe tomboy suka padaku yang terbilang manja ini! Lebih baik aku
mencari cewek yang lain..’ ujar ryah dalam hati. Namun ia tetap mengembangkan
senyumannya kepada aiko agar gadis tersebut tak curiga dan mau menjadi
temannya.
“aku pulang.. Bibi?” “iya, ada ap-aiko! Kenapa badanmu ini?
Kau habis berkelahi ya?” bibi daila sangat terkejut melihat aiko yang
berlumuran darah dan luka yang cukup parah. “bibi.. Apa salahku bi? Padahal aku
terpeleset sedikit saja sudah dikeroyok oleh teman-temanku! Padahal aku sudah
memberitahu kalau aku tak sengaja.. Tapi mereka tak percaya! Mentang-mentang aku
juga tak pandai bela diri.. Aku dikeroyok dengan seenaknya!” “kalau begitu,
akan kubersihkan lukamu dan akan kuantarkan kau ke tempat belajar bela diri,
itu bagus agar kau juga semakin disegani oleh cowok, sehingga ia tak berani
mengganggumu” “ya sudah.. Aku ke kamar dulu ya..” ‘kenapa baru kali ini aiko
dikeroyok? Biasanya kalau ia jatuh dan mengalahkan timnya pun, tak ada yang
berani menyerangnya.. Sudahlah.. Mungkin ada orang baru yang ngefitnah teman
aiko..’ bibi dila hanya bisa menghela nafas dan mencoba untuk berpikiran
positif.
“bibi, aku tidur dulu yah.. Nggak kuat badanku kalau berdiri
lama-lama disini!” teriak aiko yang langsung meninggalkan bibi dila yang tengah
mengajarkan aiko memasak, namun usahanya ternyata selalu gagal, karena
bagaimanapun aiko tak ada pikiran untuk memasak, kecuali jika ia telah sma. “ya
ampun, badanku sakit sekali.. Gara-gara memikirkan ryah, aku jadi tidak
konsentrasi! Huuuft! Memang menyebalkan deh.. Tapi kenapa aku malah
memikirkannya ya? Aaahhh aku kan sekedar suka padanya, kenapa harus
memikirkannya! Belum tentu ia memikirkanku! Yang penting aku harus memikirkan
cara agar semua orang di tempat bela diri mau menjadi temanku!” aiko pun
menghempaskan badan dan langsung menutup matanya, dan ia siap menerima hari
esok…
Esoknya , Yang ternyata
jauh dari mimpi indahnya
Aiko berlari menuju taman belakang
sekolah dengan perasaan kesal dan sangat tertekan, karena ia baru mendengar
ryah, sahabat yang disukainya, menjelekkan dirinya di hadapan khabi, teman baru
ryah, yang merupakan orang yang dibenci oleh aiko. Teringat olehnya semua perkataan
ryah dan khabi tadi pagi.‘khabi, kamu tau gak? Aku tuh udah nggak suka lagi
sama aiko! Tau kenapa?’ ‘lho.. Kenapa? Bukannya kamu rela-relaan duduk berdua
dengannya agar bisa berdekatan dengan aiko?’ ‘yaaa apa gunanya suka pada orang
yang susah diatur? Aku benci cewe seperti itu! Mending ditinggal saja. Lagian
cewe tomboy mana pernah galau..’ ‘eeh ryah.. Aku butuh sahabat cowok sekaligus
pacar nih.. Kamu mau gak?’ ‘eeeh langsung dapat keberuntungan nih! Mau donk..
Kamu kan cewe murni dan mudah diatur agar menjadi lebih cantik dan feminim..
Baiklah, aku mau! Tapi kamu jadi sahabat aku dulu yah!’
Mengingat hal itu, membuat hati aiko sangat sakit, sehingga ia tak menyadari ia baru saja tersandung dan duduk tersungkur. Saat menyadarinya, aiko langsung menangis dan memeluk lututnya yang berdarah sangat deras, karena lututnya tersebut adalah bekas luka ia berkelahi dan bekas luka ia dicambuk oleh guru barunya. Bagi aiko, biarlah ia selalu berkelahi, biarlah ia selalu berusaha keras dalam hal belajar dan mengembangkan bakat, ketimbang harus mengenal cinta yang selalu membuatnya sakit. 2 tahun yang lalu, ia pernah juga gagal dalam hal cinta, sehingga itu yang membuatnya menjadi gadis tomboy agar tak ada yang mempermainkannya lagi.
Mengingat hal itu, membuat hati aiko sangat sakit, sehingga ia tak menyadari ia baru saja tersandung dan duduk tersungkur. Saat menyadarinya, aiko langsung menangis dan memeluk lututnya yang berdarah sangat deras, karena lututnya tersebut adalah bekas luka ia berkelahi dan bekas luka ia dicambuk oleh guru barunya. Bagi aiko, biarlah ia selalu berkelahi, biarlah ia selalu berusaha keras dalam hal belajar dan mengembangkan bakat, ketimbang harus mengenal cinta yang selalu membuatnya sakit. 2 tahun yang lalu, ia pernah juga gagal dalam hal cinta, sehingga itu yang membuatnya menjadi gadis tomboy agar tak ada yang mempermainkannya lagi.
“sudah cukup! Aku tak boleh mengenal cinta lagi! Tak ada
gunanya! Aku selalu sakit hati! Aku selalu gagal!” teriakan aiko membuat
perasaannya kembali kacau, sehingga ia kembali terduduk dan kepalanya menghadap
tanah. Ia menangis sangat keras, tak peduli dengan bunyi bel sekolah.. Dan
teriakan orang-orang yang mencarinya, termasuk..
“aiko? Kenapa kau disini? Sudah mau jam pulang tau.. Kau tau kan sekarang kita hanya belajar 1 jam?” ryah datang dan mengusap punggung aiko, sehingga membuat gadis itu refleks meninju tangan ryah dengan kuat. “mau apa kau? Apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan? Kalau bukan karena kau, aku tak akan menangis! Kalau bukan karena kau.. Aku sudah berada di sekolah.. Dan kalau bukan karena penghianatanmu.. Aku tak akan seperti ini!” sahut aiko dengan uraian air mata, dan ia mengelap air mata dengan tangan yang sudah terkena tanah yang lembab. “aku berkhianat? Kapan?” “kau tidak tahu? Tadi kau menjelekkanku dengan khabi kan? Sudahlah! Pergilah dari hadapanku! Aku tak membutuhkanmu lagi!” aiko pun mendorong ryah dan berlari, namun kakinya tersandung sehingga membuatnya terjatuh. Aiko meringis pelan, membersihkan luka dan merapikan baju dan roknya, kemudian berlari dan menghilang dibalik sekolah.
“aiko? Kenapa kau disini? Sudah mau jam pulang tau.. Kau tau kan sekarang kita hanya belajar 1 jam?” ryah datang dan mengusap punggung aiko, sehingga membuat gadis itu refleks meninju tangan ryah dengan kuat. “mau apa kau? Apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan? Kalau bukan karena kau, aku tak akan menangis! Kalau bukan karena kau.. Aku sudah berada di sekolah.. Dan kalau bukan karena penghianatanmu.. Aku tak akan seperti ini!” sahut aiko dengan uraian air mata, dan ia mengelap air mata dengan tangan yang sudah terkena tanah yang lembab. “aku berkhianat? Kapan?” “kau tidak tahu? Tadi kau menjelekkanku dengan khabi kan? Sudahlah! Pergilah dari hadapanku! Aku tak membutuhkanmu lagi!” aiko pun mendorong ryah dan berlari, namun kakinya tersandung sehingga membuatnya terjatuh. Aiko meringis pelan, membersihkan luka dan merapikan baju dan roknya, kemudian berlari dan menghilang dibalik sekolah.
“bibi, aku sakit hati nih..” sahut
aiko yang baru keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan lukanya menuju
ruang tamu dimana bibi daila tengah membaca novel, “wah wah.. Aiko, memangnya
kau pernah jatuh cinta?” “bibi! Bibi kira cewe tomboy ini tak pernah merasa suka
pada seseorang? Aku kan manusia juga..” sungut aiko yang langsung meninju
bibinya pelan dan bersandar pada punggung sofa. “sakit hati itu biasa saja
aiko… Kalau kau takut sakit hati, jangan pernah jatuh cinta! Tapi kau kan juga
sudah besar, pasti bisa mengatasi masalah sendiri, ya kan?” “bibi benar.. Tapi
aku tak tahu harus bagaimana… Walaupun bibi bilang aku sudah besar, tapi aku
tahu harus bagaimana..” “pokoknya kalau kau harus berani berbicara padanya.
Sudah, besok kau sekolah kan? Cepat tidur! Besok aku sudah memberimu kado
spesial!” ujar bibi daili yang menyeret aiko ke kamar tidurnya.
“bibi.. Ini kan tiket shinkansen ke
sendai.. Kenaa kita harus kesana besok?” “kita akan pindah kesana, kau akan
mendapatkan sahabat yang lebih baik, kurasa. Yang penting kau sekolah dulu
sana.” “apa.. Aku.. Akan.. Apa?” “kau akan pindah aiko” ujar bibi daila sambil
mengacak rambut aiko.
“ryah, aku mau berbicara padamu..”
“ai..Aiko? Bagaimana lukamu?” “sudahlah, ayo ikut aku.. Ada yang mau
kubicarakan..” sahut aiko dingin dan menyeret ryah menuju bukit belakang
sekolah, tempat yang sangat indah, namun bisa menjadi tempat kenangan bagi
mereka berdua. “ryah, maafkan aku, bila aku menjadi cewek yang susah diatur,
maaf sudah membuatmu susah.. Maaf juga sudah mendorongmu kemaren.. Aku janji
nggak akan mengganggu hidupmu lagi.. Mulai saat ini juga.” “aiko.. Ada apa?”
ujar ryah dengan perasaan yang tidak enak. “kau mau kan memaafkanku? Dengan
begitu, perasaanku akan tenang..” ujar aiko tanpa mendengarkan ucapan ryah,
“…..” “ryah?” “well, baiklah, kurasa…” “kau ikhlas kan memaafkanku?” “… Yah..”
ujar ryah singkat, dan membuat aiko senyum simpul, dan ryah membalasnya.
Kemudian mereka pun kembali ke sekolah sementara ryah masih bingung dengan apa
yang dikatakan aiko. Selama pelajaran, aiko hanya duduk diam, mengerjakan soal
dan duduk manis. Dan ia hanya membisu selama pelajaran berlangsung.
“anak-anak semua, tolong dengarkan
baik-baik…” ujar bapak rino kepada murid ix-a yang tengah ribut dalam
mendiskusikan pelajaran ips – geografi. “saya ingin menyampaikan berita yang
mungkin saja belum kalian ketahui.. Omong-omong, kalian melihat haruna aiko?”
semua anak menggeleng-geleng setelah beberapa saat mencari batang hidungnya,
termasuk ryah. “baiklah, ia mengirimkan surat tentang kepindahannya hari ini.
Ia pindah dikarenakan ia terkena shock berat yang lama dipendamnya, sehingga
membuatnya menjadi cepat lelah. Dan ia juga pindah karena tak ingin mengganggu
sahabatnya yang telah memiliki teman baru.” mendengar hal itu, hati ryah serasa
diremukkan dan dihancurkan dengan samurai. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari..
Aiko!
‘ryah.. Maaf ya kalau kamu baru
mendengar kabarku hari ini, bukan besok. Maaf kalau aku sudah membuatmu bingung
ya.. Sekali lagi maaf. Semoga kamu senang disana karena tak perlu lagi
mengurusi hidupku ’
“tidaaakkkk.. Aikoooo…” teriak ryah yang langsung ditatap oleh semua teman dan gurunya. Ryah merasa sangat menyesal telah mengkhianatinya. Namun semua sia-sia karena ia telah jauh berpisah dengan sahabatnya, ‘haruna aiko’
“tidaaakkkk.. Aikoooo…” teriak ryah yang langsung ditatap oleh semua teman dan gurunya. Ryah merasa sangat menyesal telah mengkhianatinya. Namun semua sia-sia karena ia telah jauh berpisah dengan sahabatnya, ‘haruna aiko’
No comments:
Post a Comment