Friday, October 4, 2013

Kisah gadis tomboy (2)


Esoknya , Yang ternyata jauh dari mimpi indahnya

Aiko berlari menuju taman belakang sekolah dengan perasaan kesal dan sangat tertekan, karena ia baru mendengar ryah, sahabat yang disukainya, menjelekkan dirinya di hadapan khabi, teman baru ryah, yang merupakan orang yang dibenci oleh aiko. Teringat olehnya semua perkataan ryah dan khabi tadi pagi.‘khabi, kamu tau gak? Aku tuh udah nggak suka lagi sama aiko! Tau kenapa?’ ‘lho.. Kenapa? Bukannya kamu rela-relaan duduk berdua dengannya agar bisa berdekatan dengan aiko?’ ‘yaaa apa gunanya suka pada orang yang susah diatur? Aku benci cewe seperti itu! Mending ditinggal saja. Lagian cewe tomboy mana pernah galau..’ ‘eeh ryah.. Aku butuh sahabat cowok sekaligus pacar nih.. Kamu mau gak?’ ‘eeeh langsung dapat keberuntungan nih! Mau donk.. Kamu kan cewe murni dan mudah diatur agar menjadi lebih cantik dan feminim.. Baiklah, aku mau! Tapi kamu jadi sahabat aku dulu yah!’
Mengingat hal itu, membuat hati aiko sangat sakit, sehingga ia tak menyadari ia baru saja tersandung dan duduk tersungkur. Saat menyadarinya, aiko langsung menangis dan memeluk lututnya yang berdarah sangat deras, karena lututnya tersebut adalah bekas luka ia berkelahi dan bekas luka ia dicambuk oleh guru barunya. Bagi aiko, biarlah ia selalu berkelahi, biarlah ia selalu berusaha keras dalam hal belajar dan mengembangkan bakat, ketimbang harus mengenal cinta yang selalu membuatnya sakit. 2 tahun yang lalu, ia pernah juga gagal dalam hal cinta, sehingga itu yang membuatnya menjadi gadis tomboy agar tak ada yang mempermainkannya lagi.
“sudah cukup! Aku tak boleh mengenal cinta lagi! Tak ada gunanya! Aku selalu sakit hati! Aku selalu gagal!” teriakan aiko membuat perasaannya kembali kacau, sehingga ia kembali terduduk dan kepalanya menghadap tanah. Ia menangis sangat keras, tak peduli dengan bunyi bel sekolah.. Dan teriakan orang-orang yang mencarinya, termasuk..
“aiko? Kenapa kau disini? Sudah mau jam pulang tau.. Kau tau kan sekarang kita hanya belajar 1 jam?” ryah datang dan mengusap punggung aiko, sehingga membuat gadis itu refleks meninju tangan ryah dengan kuat. “mau apa kau? Apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan? Kalau bukan karena kau, aku tak akan menangis! Kalau bukan karena kau.. Aku sudah berada di sekolah.. Dan kalau bukan karena penghianatanmu.. Aku tak akan seperti ini!” sahut aiko dengan uraian air mata, dan ia mengelap air mata dengan tangan yang sudah terkena tanah yang lembab. “aku berkhianat? Kapan?” “kau tidak tahu? Tadi kau menjelekkanku dengan khabi kan? Sudahlah! Pergilah dari hadapanku! Aku tak membutuhkanmu lagi!” aiko pun mendorong ryah dan berlari, namun kakinya tersandung sehingga membuatnya terjatuh. Aiko meringis pelan, membersihkan luka dan merapikan baju dan roknya, kemudian berlari dan menghilang dibalik sekolah.
“bibi, aku sakit hati nih..” sahut aiko yang baru keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan lukanya menuju ruang tamu dimana bibi daila tengah membaca novel, “wah wah.. Aiko, memangnya kau pernah jatuh cinta?” “bibi! Bibi kira cewe tomboy ini tak pernah merasa suka pada seseorang? Aku kan manusia juga..” sungut aiko yang langsung meninju bibinya pelan dan bersandar pada punggung sofa. “sakit hati itu biasa saja aiko… Kalau kau takut sakit hati, jangan pernah jatuh cinta! Tapi kau kan juga sudah besar, pasti bisa mengatasi masalah sendiri, ya kan?” “bibi benar.. Tapi aku tak tahu harus bagaimana… Walaupun bibi bilang aku sudah besar, tapi aku tahu harus bagaimana..” “pokoknya kalau kau harus berani berbicara padanya. Sudah, besok kau sekolah kan? Cepat tidur! Besok aku sudah memberimu kado spesial!” ujar bibi daili yang menyeret aiko ke kamar tidurnya.
“bibi.. Ini kan tiket shinkansen ke sendai.. Kenaa kita harus kesana besok?” “kita akan pindah kesana, kau akan mendapatkan sahabat yang lebih baik, kurasa. Yang penting kau sekolah dulu sana.” “apa.. Aku.. Akan.. Apa?” “kau akan pindah aiko” ujar bibi daila sambil mengacak rambut aiko.
“ryah, aku mau berbicara padamu..” “ai..Aiko? Bagaimana lukamu?” “sudahlah, ayo ikut aku.. Ada yang mau kubicarakan..” sahut aiko dingin dan menyeret ryah menuju bukit belakang sekolah, tempat yang sangat indah, namun bisa menjadi tempat kenangan bagi mereka berdua. “ryah, maafkan aku, bila aku menjadi cewek yang susah diatur, maaf sudah membuatmu susah.. Maaf juga sudah mendorongmu kemaren.. Aku janji nggak akan mengganggu hidupmu lagi.. Mulai saat ini juga.” “aiko.. Ada apa?” ujar ryah dengan perasaan yang tidak enak. “kau mau kan memaafkanku? Dengan begitu, perasaanku akan tenang..” ujar aiko tanpa mendengarkan ucapan ryah, “…..” “ryah?” “well, baiklah, kurasa…” “kau ikhlas kan memaafkanku?” “… Yah..” ujar ryah singkat, dan membuat aiko senyum simpul, dan ryah membalasnya. Kemudian mereka pun kembali ke sekolah sementara ryah masih bingung dengan apa yang dikatakan aiko. Selama pelajaran, aiko hanya duduk diam, mengerjakan soal dan duduk manis. Dan ia hanya membisu selama pelajaran berlangsung.
“anak-anak semua, tolong dengarkan baik-baik…” ujar bapak rino kepada murid ix-a yang tengah ribut dalam mendiskusikan pelajaran ips – geografi. “saya ingin menyampaikan berita yang mungkin saja belum kalian ketahui.. Omong-omong, kalian melihat haruna aiko?” semua anak menggeleng-geleng setelah beberapa saat mencari batang hidungnya, termasuk ryah. “baiklah, ia mengirimkan surat tentang kepindahannya hari ini. Ia pindah dikarenakan ia terkena shock berat yang lama dipendamnya, sehingga membuatnya menjadi cepat lelah. Dan ia juga pindah karena tak ingin mengganggu sahabatnya yang telah memiliki teman baru.” mendengar hal itu, hati ryah serasa diremukkan dan dihancurkan dengan samurai. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari.. Aiko!
‘ryah.. Maaf ya kalau kamu baru mendengar kabarku hari ini, bukan besok. Maaf kalau aku sudah membuatmu bingung ya.. Sekali lagi maaf. Semoga kamu senang disana karena tak perlu lagi mengurusi hidupku :)
“tidaaakkkk.. Aikoooo…” teriak ryah yang langsung ditatap oleh semua teman dan gurunya. Ryah merasa sangat menyesal telah mengkhianatinya. Namun semua sia-sia karena ia telah jauh berpisah dengan sahabatnya, ‘haruna aiko’

No comments:

Post a Comment